Me

Me

Selasa, 31 Mei 2011

Belajar Dengan Hati, Bisakah?




Sahabat terkasih dalam Kristus, masih ingatkah kamu ketika pertama kali belajar menaiki sepedamu, bukankah terasa ngeri? Bukankah terasa sakit ketika kamu terjatuh dan terjatuh lagi?

Tapi bukankah itu mengasyikkan? Lalu bandingkan itu dengan ketika kamu belajar matematika atau fisika. Weleh, weleh kamu-kamu semua pasti akan geleng-geleng kepala sambil mengernyitkan dahi. Yang ada dalam pikiran kamu pasti serentetan rumus-rumus sulit nan rumit. Kok bisa yah? Belajar yang satu menyenangkan tapi belajar yang lain terasa menyeramkan? Dimana bedanya. Ada tidak cara agar aktivitas belajar jadi terasa menyenangkan, Apakah Firman Tuhan punya solusi untuk hal itu? Yup,ada!

Pernah dengar ayat ini, Ulangan 11:18, “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu”. Dan juga Ulangan 11:19, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. Ayat-ayat ini sebenarnya berkisar di seputar bagaimana Firman Tuhan itu diajarkan di bangsa Israel. Bagaimana supaya Firman Tuhan itu meresap dalam kehidupan mereka, dan agar mereka tidak akan pernah melupakan Firman itu. Serupa dengan belajar Firman Tuhan, maka cara belajar yang dahsyat dari hati ada 3, yaitu :

- Belajarlah untuk mencintai bukannya membenci. Ulangan 11:18, “Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu. Lihat bahwa dikatakan pertama-tama kita harus menaruh bahan pelajaran kita di dalam hati. Apa artinya ini? Ini bicara soal rasa suka. Jika kita sudah alergi dan benci terhadap sesuatu bagaimana kita bisa bertahan untuk menggelutinya? Misal, dalam bayangan kita matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan mengerikan, maka imej semacam itulah yang tertanam untuk seterusnya di dalam hati kita. Sehingga ketika guru matematika baru kelihatan hidungnya masuk kelas saja kita sudah keringat dingin. Hehe. Jadi, kalau kamu ingin menguasai suatu pelajaran atau keahlian tertentu, maka kamu harus belajar menyukainya terlebih dahulu.

- Belajarlah dengan praktek, bukan sekedar teori. “..kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu”. Apa maksudnya ini? Mengikatkan sebagai tanda pada tangan bukan berarti kalau kita mau ujian itu bikin kebetan alias contekan di tangan ya bukan itu. Maksudnya mengikatkan pada tangan dan lambang pada dahi berarti menjadikan hal-hal yang kita pelajari menjadi bagian dari hidup kita. Misalnya saja dalam pelajaran matematika dimana kita bisa mengukur tinggi segitiga dengan mengetahui panjang alas dan besar salah satu sudutnya. Rumit? Tapi coba kamu berpikir dengan cara lain. Bayangkan pohon jambu yang ada di pekarangan rumahmu itu. Bagaimana cara kamu mengukur tingginya? Ternyata mudah. Kamu nggak perlu manjat pohon itu sambil bawa-bawa meteran. Kamu cukup berdiri di suatu tempat, mengukur jarak kamu ke pohon, lalu tinggal ukur besar sudut pandangan kamu ke pohon itu, maka SIMSALABIM, kamu tahu berapa tinggi pohon itu. Menarik bukan? Ternyata matematika ada di pekarangan belakang rumahmu, dekat denganmu. Matematika bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia nyata dalam hidupmu sehari-hari.

- Belajar = berlatih. Ulangan 11:19, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”Ini artinya belajar itu harus dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Kita belajar dengan hati. Bukan karena mau nilai tinggi. Bukan karena sekedar melaksanakan kewajiban. Saat belajar dengan hati, kita termotivasi untuk sebanyak mungkin memahami apa yang kita pelajari. Kita tergerak untuk mencari berbagai informasi tambahan. Kita terus berlatih bahkan tanpa dikasih PR sama Bapak/Ibu guru. Seperti pepatah lama mengatakan, “Practice makes perfect”. Jadi mulai hari ini, belajarlah dengan hati. Sip deh.

(c)Pardamean Panjaitan