Me

Me

Minggu, 24 Juli 2011

Masih Simpati




Seribu topan menghadang di persimpangan
Coba remukkan ketetapan hati
Gigi-gigi kebuasan terbenam dalam daging dan belulang
Bermandikan darahku sendiri

Mataku menatap nanar ke sekeliling
Selaksa iblis
Semburkan bara dan bisa
Rupa mereka bagai padu kuda dan kalajengking
Dan sengat mereka adalah maut
Makhluk-makhluk aneh berkeliaran
Meringkik dan berdesis
Di jalan-jalan sepi
Bahkan di sudut-sudut hati
Yang menyepi dalam sepi

Dalam kesakitan
jiwaku berbisik pada bayangan diriku yang ketakutan
” Mereka mengintip nyawaku siang dan malam,
neraka mendambaku bagai sahabat lama”




Yah, sejak kecil kut’lah jadi incaran maut
Hari demi hari rohku terus saja berdarah-darah
Terlunta-lunta dalam selaksa pertempuran rohani tak terhindarkan
Seribu topan badai coba gulingkanku
Sekali lagi
Lagi
Terus
M’nerus
Hari demi hari

Setan-setan lapar dan menaruh dendam
Pada perjanjianku dengan Sang Anak Domba

Tapi
Saat ini
Aku tersenyum
Karena paham ...
Karena mengerti ...
Sang Bapa Segala Zaman
Masih sayang ...
dan menaruh
simpati padaku

(2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar